SERISAU AYAH
Kulihat
langit masih gelap saat Ayah bangun tuk bercinta dengan Ilahi. Dan tak sebentar
ia telah bersiap tuk bercinta dengan alam. Cangkul pengabdian yang ia curahkan
di panas terik. Mentari yang membakar punggung risaunya. Tak ada yang tahu
kecuali Allah. Ayah yang cukup renta terus bekerja. Siang malam. Lagunya
sholawat panjang dalam hati yang tak terputus meski tasbih telah kocar-kacir
bersama bulirnya.
Ayahku tak
pernah berpikir upah minimun regional. Syukur yang selalu ia katakan. Selalu
jadi kata ampuh petuah sederhananya. Saat kukatakan, gajiku tak sesuai dengan
tenaga yang kukeluarkan. Suatu ketika aku bilang: “Masa nungguin siswa
ngerjakan soal dua jam tanpa boleh baca majalah, bawa hape, dan ngantuk yang
amat sangat. Tak boleh ngobrol dengan teman seprofesi, honornya hanya 30.”
“Syukuri!
Bandingkan dengan mencangkul sawah di terik matahari dari jam setengah enam
pagi sampai beduk dhuhur, hanya 15. Kan kamu Cuma dua jam, Nduk.”cerita pendek cinta remaja lucu cerpen|cerpen bersambung
Sering
kuberpikir mengapa Allah begitu tak adil. Di masa tuanya, Ayah belum juga bisa
menikmati hidup dengan tenang dan bahagia. Padahal jika kubanding dengan Lek
PPL yang sudah PNS itu, Ayah jauh lebih baik. Ayah bangun tiap pukul dua untuk
sholat malam. Beliau tak tidur lagi hingga subuh menjelang. Dhuha tak pernah
ditinggalkan. Ngaji selalu ia dendangkan. Tapi risaunya belum juga kelar.
Tentang anaknya yang tak kunjung dewasa. Padahal usianya telah seperempat abad.
Cucunya yang mungil dan imut itu, beliau takut tak dapat melihatnya sukses.
Karena ayahnya yang...entahlah.....
“Suamimu
bilang rugi kalau kerja di ladang ayah karena ladang itu belum ayah berikan
pada kalian. Laki-laki macam apa itu? Apa dia pikir, nasi yang ia makan selama
ini hasil panen bapaknya?
“Kapan abang
bilang gitu?”
“Sudah lama.
Lekmu yang ngadu.”
Aku mengelus
dada. Mungkin ini yang selalu membuat ayah tak bisa tidur semalaman. Di usiaku
yang sudah makin dewasa, ada satu yang aku sesali. Aku tak bisa membahagiakan
ayah. Ibu, apalagi. Ia yang sangat kusayangi hanya bisa menangis dalam diam.
Meski sedikit
pincang karena asam urat yang tinggi sedang menyerang, mungkin sudah lima tahun
terakhir, tapi ayah tak pernah mengeluh dan tak juga menahan makanan yang
dilarang dokter, semangat kerjanya makin menjadi-jadi. Semua hampir ia lakukan
sendiri. Tak ada yang bisa menyaingi kesempurnaannya dalam mengerjakan sesuatu.
Itu nilai dariku. Ayah selalu marah jika ada yang tak beres. Ya...kuanggap itu
benar. Why not? Apa pun yang ayah
kerjakan selalu beres. Tak ada yang tak sempurna di mataku darinya.cerita pendek cinta remaja lucu cerpen|cerpen bersambung
Ayahku
superman. Seluruh yang ia kerjakan dan berikan selalu yang terbaik. Ayah
mendidikku keras mengenai kesungguhan dalam bekerja dan paling utama agama.
Ayah... lagi-lagi risau menghantuinya.
Ada banyak yang tak ingin ia pikirkan namun
datang dengan sendirinya mengingatkan tentang sesuatu. Pembicaraan dan
perdebatan yang lagi-lagi membuat mata penuh kasih sayang itu nanar. Masih
tentang mantunya. Mantu yang tak sesuai dengan tuntunan islam.
Ayah, malam
itu kau tak bisa memejamkan mata sepicing pun. Padahal esok panen. Pekerjaan
berat sedang menanti. Namun hatinya risau. Perut besar buah hatinya yang kini
menyesak di area pikirnya. Tinggal menghitung hari, cucu akan lahir. Ini lebih
menakutkan daripada menghadapi kehamilan istrinya. Sedang sampai saat ini,
suami Nara tak jua menunjukkan perhatian yang lebih, layaknya lelaki idaman.
Tak ada istilah suami siaga di sini. Nara masih mencuci, menimba air, mengajar,
semuanya ia lakukan sendiri. Bahkan suami Nara tak bisa datang meski hanya untuk
antar jemput saat ia ke madrasah. Semua ayah yang handle.
“Laki-laki
macam apa dia? Istri, anak tak dipeduli. Setan apa yang merasukinya?”
“Sudah jangan
keras-keras, malu sama tetangga.”
“Tetangga
pada tahu kalau dia suami yang tak pelak”
“Mungkin
sudah takdir Nara yang seperti ini.”
“Sekarang
kamu jadi tukang bela.”
“Saya tidak
membela.”
“Sudahlah!”
Ayah meninggalkan Ibu dengan pikiran yang acak-acakan.
Ibu menghapus
air matanya dengan tangan kanan. Tak ada orang tua yang ingin anaknya punya
nasib tak beruntung. Bahkan doa Ayah tiap malam adalah bahagia Nara yang ia
pinta. Tapi semua risau.
cerita pendek cinta remaja lucu cerpen|cerpen bersambung
“Kalau seperti
ini terus, kapan Nara akan bahagia?”
“Maksudmu?
Cerai? Allah membenci itu.”
“Tapi Nara
telah mengandung anaknya.”
“Saya yakin
Nara mampu mendidik anak itu. Bukankah kita di sini sanggup mendukungnya?”
“Tapi, Nara
bagaimana?”
“Kita katakan
pelan-pelan setelah anak itu lahir.”
***
“Allah, Ya Rabb....Kau tahu segalanya
tentangku. Kau ciptakan aku dengan takdir yang Kau pilih dan terbaik. Tak ada
yang harusnya kusesali kecuali dosa-dosaku yang merimbun semak. Tuhanku, aku
layak mendapat adzabMu, namun hamba yang hina ini tak kan mampu menghadapinya.
Allah....ingin kurinci semuanya. Aku salah memilih lelaki seperti dia. Ampuni
aku. Tapi alur takdir telah mengalir dan ketetapanMu terjadi seperti kalamMu
kun fayakun. Allah, aku serahkan segalanya padaMu. Kumohon kuatkan hatiku,
lapangkan pikiranku, luaskan ikhlasku, tetapkan sabarku. Izinkan aku istiqomah
di jalanMu.
Allah....limpahkan Taufik
HidayahMu untuk keluargaku. Bukakan hati lelakiku. Berilah jalan yang lurus
untuknya. Kembalikan ia pada cinta yang pernah kau sematkan di hati kami.
Semoga kehadiran bayi ini kelak menjadi penegak rumah tangga kami.
Allah...aku bukan hamba yang
taat. Namun selalu dalam hatiku ingin bersamaMu. Kumohon hapus risau Ayah dan
duka Ummi. Kabulkan doaku, Allah..........kumohon.
Rabbana atina fiddunya hasanah
wa fil akhiroti hasanah. Amin....cerita pendek cinta remaja lucu cerpen|cerpen bersambung
***
Semua telah
siap. Sebuah seragam yang dibelikan ayah, sepatu dan tas. Menawan. Anggun. Hari
ini aku akan memasuki masa baru. Mandiri. Dari dulu ayah selalu mengajariku
mandiri. Sejak kecil aku terbiasa menabung dan membelanjakannya sesuai
kebutuhan tanpa uang ayah lagi. Aku telah siap. Sebelum pukul tujuh aku sudah
harus di sana.
06.30 WIB
Aku memasuki
gang, sebelah kanan terpampang papan nama berukuran 1X3 meter. Memasuki area
pesantren. Aku berdiri sejenak. Mataku mulai menelisir sekeliling. Bangunan
pondok yang masih tegak. Musholla tempat istighosah. Dari sini kudengar
siswa-siswi berdzikir sehabis sholat dhuha. Dalem kiai masih sama. Asri rasanya
saat memandang. Ada beberapa penambahan dan perubahan memang, tapi empat tahun
lalu tak jauh beda. Hanya bangunan yang ditingkat, kantor madrasah diniyah yang
dipindah dan perang saudara yang baru-baru ini muncul di permukaan.
Kepala
sekolah mengatakan akan ada rapat pembagian tugas hari ini. Aku langsung menuju
kantor alias ruang guru. Masih tak tertata dengan baik. Baru dipindah begitu
pikirku. Seorang guru menghampiriku.cerita pendek cinta remaja lucu cerpen|cerpen bersambung
“Pak Tamam
telah memberitahuku bahwa kau akan mengajar di sini.”
“Iya, Bu.”
Aku berusaha menunjukkan sikap takdim. Saat aku menimba ilmu di sini, dia guru
Fiqih.
“Kamu sudah
lulus?”
“Iya Bu. Tapi
belum wisuda. Wisudanya bulan depan.”
“Tahun ini
katanya ada tiga guru baru.
“Oh...siapa
lagi, Bu?”
“Pak Aan, itu
kakak kelasmu. Satu lagi Pak Bagus, alumni UNEJ juga katanya.”
Tina telah
duduk di kursi kelas X1. Ia memilih bangku no dua dari deret depan sebelah
selatan. Tina duduk sendiri. Setiap guru telah diberi fotokopi jadwal pelajaran
tahun pelajaran 2011/2012. Tina menandai jadwal dengan stabilo warna kuning.
Tina masih hanya kebagian tugas mengajar empat jam dalam seminggu yaitu di
kelas X3. Ini baru awal. Tenang. Harus belajar dari yang terkecil.
Ia mulai
melirik nama mata pelajaran dan nama guru yang ada. Tiba-tiba sorot matanya
terhenti di satu nama. Ia menelitinya dengan detail. Jangan-jangan yang
dimaksud Bu Umi adalah.....belum sempat Tina menjawab pertanyaan yang terukir
di benaknya, tiba-tiba...
“Assalamualaikum...”
Suara yang
sangat ia hafal bahkan selemah apapun volume suara itu, meski dengan mata
terpejam, Tina tak kan salah menerka siapa pemilik suara khas nan berat itu.
Tina mendongak dan pandangan mata mereka bertemu. Sejenak jarum jam terhenti.
Sunyi. Sepi. Seakan hanya ada empat mata di sana. Tina segera menarik
pandanganya.cerita pendek cinta remaja lucu cerpen|cerpen bersambung
“Walaikum
salam....”
“Maaf Pak,
saya terlambat. Tadi ban bocor.”
“Oh...tak
masalah. Silahkan duduk! Kami baru mau mulai.
“Allah apa maksud skenario yang kau tulis
dalam drama percintaan ini. Mungkinkah ini jawaban dari doaku di bulanMu yang
suci?”
Tina kembali
menunduk dan membaca ulang nama yang tadinya memberi tanda tanya besar di
dadanya. ‘Muhammad Hartono’, dia Kak Antok dengan lesung pipit di pipi kanan
kini muncul kembali. Tapi masihkah harus Tina memikirkannya. Ketika janji suci
telah diikatkan pada lelaki lain.
***
Tina mencium
aroma yang berbeda. Aroma kebusukan yang mengikuti setiap langkah ikhlasnya.
Aroma itu mulai makin terasa saat desas-desus Tunjangan Fungsional yang
kabarnya sebesar beasiswa yang biasa ia terima di kampus Tegal Boto.
Entahlah... hati nurani memang tak bisa dibohongi sampai saat ini setelah empat
tahun ia berjuang menegakkan bahasa Indonesia dalam teriakannya di depan kelas,
ia masih merasa ada yang tak sesuai. Janggal. Tak seharusnya.
“Tanda tangan
di sini, Bu!”
Tina melihat
sebuah kertas bertuliskan ‘surat pernyataan’ disodorkan Pak Agus. Tina
menanda-tangani kertas tersebut dengan sedikit melirik tulisan itu.
TAMAT
Episode sebelumnya : Cerita pendek bersambung | ti Na ra 2
cerita pendek cinta remaja lucu cerpen|cerpen bersambung
0 komentar:
Post a Comment