kumpulan cerpen : cerita pendek terbaru, kumpulan puisi, novel, serta hal-hal menarik yang terjadi disekitar kita.....

Cerita pendek bersambung | ti Na ra 3


SERISAU AYAH

                Kulihat langit masih gelap saat Ayah bangun tuk bercinta dengan Ilahi. Dan tak sebentar ia telah bersiap tuk bercinta dengan alam. Cangkul pengabdian yang ia curahkan di panas terik. Mentari yang membakar punggung risaunya. Tak ada yang tahu kecuali Allah. Ayah yang cukup renta terus bekerja. Siang malam. Lagunya sholawat panjang dalam hati yang tak terputus meski tasbih telah kocar-kacir bersama bulirnya.

                Ayahku tak pernah berpikir upah minimun regional. Syukur yang selalu ia katakan. Selalu jadi kata ampuh petuah sederhananya. Saat kukatakan, gajiku tak sesuai dengan tenaga yang kukeluarkan. Suatu ketika aku bilang: “Masa nungguin siswa ngerjakan soal dua jam tanpa boleh baca majalah, bawa hape, dan ngantuk yang amat sangat. Tak boleh ngobrol dengan teman seprofesi, honornya hanya 30.”

                “Syukuri! Bandingkan dengan mencangkul sawah di terik matahari dari jam setengah enam pagi sampai beduk dhuhur, hanya 15. Kan kamu Cuma dua jam, Nduk.”cerita pendek cinta remaja lucu cerpen|cerpen bersambung

                Sering kuberpikir mengapa Allah begitu tak adil. Di masa tuanya, Ayah belum juga bisa menikmati hidup dengan tenang dan bahagia. Padahal jika kubanding dengan Lek PPL yang sudah PNS itu, Ayah jauh lebih baik. Ayah bangun tiap pukul dua untuk sholat malam. Beliau tak tidur lagi hingga subuh menjelang. Dhuha tak pernah ditinggalkan. Ngaji selalu ia dendangkan. Tapi risaunya belum juga kelar. Tentang anaknya yang tak kunjung dewasa. Padahal usianya telah seperempat abad. Cucunya yang mungil dan imut itu, beliau takut tak dapat melihatnya sukses. Karena ayahnya yang...entahlah.....

                “Suamimu bilang rugi kalau kerja di ladang ayah karena ladang itu belum ayah berikan pada kalian. Laki-laki macam apa itu? Apa dia pikir, nasi yang ia makan selama ini hasil panen bapaknya?

                “Kapan abang bilang gitu?”

                “Sudah lama. Lekmu yang ngadu.”

                Aku mengelus dada. Mungkin ini yang selalu membuat ayah tak bisa tidur semalaman. Di usiaku yang sudah makin dewasa, ada satu yang aku sesali. Aku tak bisa membahagiakan ayah. Ibu, apalagi. Ia yang sangat kusayangi hanya bisa menangis dalam diam. 

                Meski sedikit pincang karena asam urat yang tinggi sedang menyerang, mungkin sudah lima tahun terakhir, tapi ayah tak pernah mengeluh dan tak juga menahan makanan yang dilarang dokter, semangat kerjanya makin menjadi-jadi. Semua hampir ia lakukan sendiri. Tak ada yang bisa menyaingi kesempurnaannya dalam mengerjakan sesuatu. Itu nilai dariku. Ayah selalu marah jika ada yang tak beres. Ya...kuanggap itu benar. Why not? Apa pun yang ayah kerjakan selalu beres. Tak ada yang tak sempurna di mataku darinya.cerita pendek cinta remaja lucu cerpen|cerpen bersambung


                Ayahku superman. Seluruh yang ia kerjakan dan berikan selalu yang terbaik. Ayah mendidikku keras mengenai kesungguhan dalam bekerja dan paling utama agama. Ayah... lagi-lagi risau menghantuinya.

                Ada  banyak yang tak ingin ia pikirkan namun datang dengan sendirinya mengingatkan tentang sesuatu. Pembicaraan dan perdebatan yang lagi-lagi membuat mata penuh kasih sayang itu nanar. Masih tentang mantunya. Mantu yang tak sesuai dengan tuntunan islam.

                Ayah, malam itu kau tak bisa memejamkan mata sepicing pun. Padahal esok panen. Pekerjaan berat sedang menanti. Namun hatinya risau. Perut besar buah hatinya yang kini menyesak di area pikirnya. Tinggal menghitung hari, cucu akan lahir. Ini lebih menakutkan daripada menghadapi kehamilan istrinya. Sedang sampai saat ini, suami Nara tak jua menunjukkan perhatian yang lebih, layaknya lelaki idaman. Tak ada istilah suami siaga di sini. Nara masih mencuci, menimba air, mengajar, semuanya ia lakukan sendiri. Bahkan suami Nara tak bisa datang meski hanya untuk antar jemput saat ia ke madrasah. Semua ayah yang handle.

                “Laki-laki macam apa dia? Istri, anak tak dipeduli. Setan apa yang merasukinya?”

                “Sudah jangan keras-keras, malu sama tetangga.”

                “Tetangga pada tahu kalau dia suami yang tak pelak”

                “Mungkin sudah takdir Nara yang seperti ini.”

                “Sekarang kamu jadi tukang bela.”

                “Saya tidak membela.”

                “Sudahlah!” Ayah meninggalkan Ibu dengan pikiran yang acak-acakan.

                Ibu menghapus air matanya dengan tangan kanan. Tak ada orang tua yang ingin anaknya punya nasib tak beruntung. Bahkan doa Ayah tiap malam adalah bahagia Nara yang ia pinta. Tapi semua risau. 
cerita pendek cinta remaja lucu cerpen|cerpen bersambung

                “Kalau seperti ini terus, kapan Nara akan bahagia?”

                “Maksudmu? Cerai? Allah membenci itu.”

                “Tapi Nara telah mengandung anaknya.”

                “Saya yakin Nara mampu mendidik anak itu. Bukankah kita di sini sanggup mendukungnya?”

                “Tapi, Nara bagaimana?”

                “Kita katakan pelan-pelan setelah anak itu lahir.” 

***

                “Allah, Ya Rabb....Kau tahu segalanya tentangku. Kau ciptakan aku dengan takdir yang Kau pilih dan terbaik. Tak ada yang harusnya kusesali kecuali dosa-dosaku yang merimbun semak. Tuhanku, aku layak mendapat adzabMu, namun hamba yang hina ini tak kan mampu menghadapinya. Allah....ingin kurinci semuanya. Aku salah memilih lelaki seperti dia. Ampuni aku. Tapi alur takdir telah mengalir dan ketetapanMu terjadi seperti kalamMu kun fayakun. Allah, aku serahkan segalanya padaMu. Kumohon kuatkan hatiku, lapangkan pikiranku, luaskan ikhlasku, tetapkan sabarku. Izinkan aku istiqomah di jalanMu.

                Allah....limpahkan Taufik HidayahMu untuk keluargaku. Bukakan hati lelakiku. Berilah jalan yang lurus untuknya. Kembalikan ia pada cinta yang pernah kau sematkan di hati kami. Semoga kehadiran bayi ini kelak menjadi penegak rumah tangga kami.

                Allah...aku bukan hamba yang taat. Namun selalu dalam hatiku ingin bersamaMu. Kumohon hapus risau Ayah dan duka Ummi. Kabulkan doaku, Allah..........kumohon.
                Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah. Amin....cerita pendek cinta remaja lucu cerpen|cerpen bersambung


***




                Semua telah siap. Sebuah seragam yang dibelikan ayah, sepatu dan tas. Menawan. Anggun. Hari ini aku akan memasuki masa baru. Mandiri. Dari dulu ayah selalu mengajariku mandiri. Sejak kecil aku terbiasa menabung dan membelanjakannya sesuai kebutuhan tanpa uang ayah lagi. Aku telah siap. Sebelum pukul tujuh aku sudah harus di sana.

                06.30 WIB
                Aku memasuki gang, sebelah kanan terpampang papan nama berukuran 1X3 meter. Memasuki area pesantren. Aku berdiri sejenak. Mataku mulai menelisir sekeliling. Bangunan pondok yang masih tegak. Musholla tempat istighosah. Dari sini kudengar siswa-siswi berdzikir sehabis sholat dhuha. Dalem kiai masih sama. Asri rasanya saat memandang. Ada beberapa penambahan dan perubahan memang, tapi empat tahun lalu tak jauh beda. Hanya bangunan yang ditingkat, kantor madrasah diniyah yang dipindah dan perang saudara yang baru-baru ini muncul di permukaan.

                Kepala sekolah mengatakan akan ada rapat pembagian tugas hari ini. Aku langsung menuju kantor alias ruang guru. Masih tak tertata dengan baik. Baru dipindah begitu pikirku. Seorang guru menghampiriku.cerita pendek cinta remaja lucu cerpen|cerpen bersambung


                “Pak Tamam telah memberitahuku bahwa kau akan mengajar di sini.”

                “Iya, Bu.” Aku berusaha menunjukkan sikap takdim. Saat aku menimba ilmu di sini, dia guru Fiqih.

                “Kamu sudah lulus?”

                “Iya Bu. Tapi belum wisuda. Wisudanya bulan depan.”

                “Tahun ini katanya ada tiga guru baru.

                “Oh...siapa lagi, Bu?”

                “Pak Aan, itu kakak kelasmu. Satu lagi Pak Bagus, alumni UNEJ juga katanya.”

                Tina telah duduk di kursi kelas X1. Ia memilih bangku no dua dari deret depan sebelah selatan. Tina duduk sendiri. Setiap guru telah diberi fotokopi jadwal pelajaran tahun pelajaran 2011/2012. Tina menandai jadwal dengan stabilo warna kuning. Tina masih hanya kebagian tugas mengajar empat jam dalam seminggu yaitu di kelas X3. Ini baru awal. Tenang. Harus belajar dari yang terkecil.

                Ia mulai melirik nama mata pelajaran dan nama guru yang ada. Tiba-tiba sorot matanya terhenti di satu nama. Ia menelitinya dengan detail. Jangan-jangan yang dimaksud Bu Umi adalah.....belum sempat Tina menjawab pertanyaan yang terukir di benaknya, tiba-tiba...

                “Assalamualaikum...”

                Suara yang sangat ia hafal bahkan selemah apapun volume suara itu, meski dengan mata terpejam, Tina tak kan salah menerka siapa pemilik suara khas nan berat itu. Tina mendongak dan pandangan mata mereka bertemu. Sejenak jarum jam terhenti. Sunyi. Sepi. Seakan hanya ada empat mata di sana. Tina segera menarik pandanganya.cerita pendek cinta remaja lucu cerpen|cerpen bersambung


                “Walaikum salam....”

                “Maaf Pak, saya terlambat. Tadi ban bocor.”

                “Oh...tak masalah. Silahkan duduk! Kami baru mau mulai.

                “Allah apa maksud skenario yang kau tulis dalam drama percintaan ini. Mungkinkah ini jawaban dari doaku di bulanMu yang suci?”

                Tina kembali menunduk dan membaca ulang nama yang tadinya memberi tanda tanya besar di dadanya. ‘Muhammad Hartono’, dia Kak Antok dengan lesung pipit di pipi kanan kini muncul kembali. Tapi masihkah harus Tina memikirkannya. Ketika janji suci telah diikatkan pada lelaki lain.

***

                Tina mencium aroma yang berbeda. Aroma kebusukan yang mengikuti setiap langkah ikhlasnya. Aroma itu mulai makin terasa saat desas-desus Tunjangan Fungsional yang kabarnya sebesar beasiswa yang biasa ia terima di kampus Tegal Boto. Entahlah... hati nurani memang tak bisa dibohongi sampai saat ini setelah empat tahun ia berjuang menegakkan bahasa Indonesia dalam teriakannya di depan kelas, ia masih merasa ada yang tak sesuai. Janggal. Tak seharusnya.

                “Tanda tangan di sini, Bu!”

                Tina melihat sebuah kertas bertuliskan ‘surat pernyataan’ disodorkan Pak Agus. Tina menanda-tangani kertas tersebut dengan sedikit melirik tulisan  itu.

 TAMAT


Episode sebelumnya :  Cerita pendek bersambung | ti Na ra 2
Episode pertama : Cerita pendek bersambung | ti Na ra  

cerita pendek cinta remaja lucu cerpen|cerpen bersambung


 

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Cerita pendek bersambung | ti Na ra 3

0 komentar: