kumpulan cerpen : cerita pendek terbaru, kumpulan puisi, novel, serta hal-hal menarik yang terjadi disekitar kita.....

cerita pendek cinta : Balada Sebuah Rasa


kumpulan cerita pendek terbaru
Tetesan lembut butiran bening itu masih mengalir, membasahi wajah kalem seorang gadis yang masih mengenakan mukenahnya. Wajah kalemnya menunduk lesu tak bergairah, sirat matanya menunjukkan keresahan dan penyesalan yang mendalam . cewek berkulit kuning langsat ini masih duduk termenung ditemani keheningan malam. Butiran bening masih saja mengalir dari kedua sudut matanya. Sembap. Itulah yang terlihat dikedua pelupuk mata indahnya. Ia tetap mengadu kepada Tuhannya dengan ditemani sang rembulan yang tersenyum pahit terhadap dunia fana ini, dunia yang sedikit demi sedikit rusak karena ulah tangan insane yang tiada bertanggung jawab.

“ya Allah…..” desahnya lirih. Tangisnya kembali pecah. Ia kembali teringat dengan apa yang telah ia perbuat. Ia menyesal, ia marah terhadap dirinya, ia bingung, mengapa ia bisa sampai melakukan itu. entah setan dari mana yang telah meracuni otaknya. Ia risau, bagaimana seandainya kedua orang tuanya tahu apa yang telah ia perbuat, apa yang akan terjadi? Padahal selama ini dirinya adalah kebanggaan bagi mereka, menjadi panutan bagi adiknya. Menjadi motovasi bagi sang ayah untuk terus memeras keringat agar dapat mencukupi kebutuhan setiap hari. Iapun tahu kalau keluarganya dihormati oleh warga setempat karena teguhnya memegang syariat Islam. namun apa yang terjadi sekarang? Gadis yang selama ini menjadi kebanggaan orang tuanya, telah mencoreng muka keduanya. Mau ditaruh dimana wajah mereka?
kumpulan cerita pendek terbaru
“Nin…..”

Sapa suara lembut seseorang. Seseorang yang selalu menemaninya disaat ia membutuhkan. Seseorang yang selalu setia mendengar lika-liku ceritanya. Gadis berkerudung merah hati itu mendekati nya.

“Nindy gak apa-apa mbak…….”

Jawab gadis bermukenah itu, yang memang kesehariannya dipanggil Nindy. Gadis berkerudung merah hati itu menyeka air mata yang masih terlihat membasahi pipi Nindy.

“Tapi mbak Us merasa Nindy menyembunyikan sesuatu dari mbak. Ayo donk cerita mungkin mbak bisa membantu, atau seenggak-enggaknya mbak bisa mengurangi beban Nindy.” Pintannya pelan sembari memamerkan sederet gigi putihnya. Senyuman tulus mbak  Us membuat Nindy sedikit tenang. Butiran bening yang sedari tadi mengalir kini agak mereda, setelah melihat senyum tulus mbak Us. Mbak Us merupakan keluarga keduanya setelah keluarganya sendiri di Surabaya. Mbak Us juga yang membantu mengurusi awal pertama kali Nindy masuk di ma’had Bahrul Ulum Istiqomah ini. Sudah 4 tahun mbak Us menjadi senior sekaligus menjadi keluarga kedua Nindy sejak pertam ia masuk.

“Nindy gak papa kok……jangan khawatirkan Nindy mbak….”

Ucap Nindy mencoba menutup kegalauan hati yang tengah ia rasakan sekarang. Nindypin mengatur raut muka sebisa mungkin seperti biasanya, menjadi seoarang Nindy yang selalu ceria.

Tiba-tiba kepala Nindy pusing. Gadis berkulit kuning langsat ini mersakan kepalanya seperti terken pukulan godam berkali-kali. Sakit. Sakit sekali. Ia mencoba melawannya, ia tidak ma uterus merepotkan mbak Us. Ia sadar mbak Us masih punya banyak kegiatan dan kesibukan lainnya. Nindy tetap berusaha melawan rasa sakit itu. tiba-tiba tanpa Nindy sadari, ada cairan hangat keluar dari hidungnya. Darah. Ia mimisan. Mbak Us yang melihat itu segera membantu Nindy.

“ Nin…..kamu gak papakan? Ayo cepat lepas mukenahnya, sebelum darahnya mengalir ke mukenah.” Perintah mbak Us sembari membantu Nindy melepas mukenah yang tengah ia pakai. Setelah itu, Nindy segera berlari kekamar mandi. Ia segera mengguyur kepalanya yang mulai memanas lagi. Ia tetap mengguyur air didalam bak kamar mandi meski ia harus basah. Akhirnya, darahpun berhenti. Nindypun mencoba mengatur pernapasannya. Ia menggunakan mulutnya untuk menjaga agar darah yang belum keluar tidak kembali ke otaknya. Akhirnya, ia kembali kekamarnya.

“ Gimana Nin? Udah baikan?” sapa mbak Us setelah Nindy menutup pintu kamarnya. Nindy hanya mengangguk untuk membalas pertanyaan mbak Us. Nindypun merebahkan diri di kasur lantainya. Ia melepas lelah setelah harus lama bernapas memakai mulut. Iapun akhirnya terlelap tidur, terbuai dalam mimpi indah. Untuk sejenak Nindy lupa akan masalhnya. Melihat Nindy sudah terlelap, mbak Uspun turut serta pergi kea lam mimpi.

“Allahu Akbar……Allahu Akbar…..”

Terdengar sayup-sayup suara merdu muazin di telinga mbak Us. Iapun segera bangun dari tidurnnyha. Ia melirik jam dinding. Pukul 04.30 WIB. 

“Nin…..bangun. udah shubuh.”

Mbak Us menggoyang-goyangkan tubuh Nindy. Gadis yang memiliki bulu mata lentik ini segera bangun dari mimpi panjangnya.

“Ada apa mbak?”

“Udah shubuh tu…..gi sana cepat ambil wudlu!!!!”

“Mbak sendiri?”

“Mbak lagi gak boleh…”

“Ooo….” Jawab Nindy ber O-O ria. Ia segera beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu’. Meski harus bertemu dengan hawa dinginm Nindy segera membasuh anggota wudhu’nya. Seusai wudhu’ Nindy segara mengenakan mukenah dan menuju musholla berbaur dengan teman yang lainnya.

Akhirnya iqomatpun dikumandangkan. Mereka semua mulai bercengkrama dengan Allah, mengadukan segala kegundahan, meminta ampun atas dosa yang sengaja dan tidak sengaja, memohon semoga hajat-hajat terijabahi. Fajar shiddiqpun menghiasi sholat mereka. Perlahan mentari muncul dari ufuk timur. Ia memberikan senyum termanisnya sembari melirik pada sang rembulan yang akan temaram. Kokok ayam mulai bersahutan menambah indahnya suasana shubuh hari di ma’had. Nindypun kembali larut dalam tangisnya. Ia kembali mengadu serta memohon ampun atas semua yang telah ia lakukan kepada Allah, Dzat yang Maha Pengampun atas semua hamba-hambaNya yang mau meminta maaf.

Tak terasa mentari tengah berada sepenggalah langit. Semburat kilau merahnya mulai terkikis oleh hangatnya sinar yang terpancar. Aktivitas dan rutinitas di ma’had MU Istiqomah kembali padat. Mereka lalu lalang mempersiapkan segala kebutuhan yang akan mereka perlukan nanti. Terlihat dari beberapa mereka yang telah rapi mengenakan seragam sekolah masing-masing, ada juga sebagian dari mereka yang berbondong-bondong menuju kantin untuk sarapan pagi. Dan ada pula yang masih menunggu antrean kamar mandi. 

Begitupun dengan Nindy, gadis berlesung pipit dipipi kanannya ini tengah bersiap tuk menyongsong pelajaran hari ini. 

“Nin….”

Panggil seseorang dari depan kamarnya. 

“Iya bentar Arbi….”

Sahut Nindy sembari memasukkan buku pelajaran kedalam tasnya. Iapun bergegas keluar namun sebelum ia keluar ia kembali menghadap cermin. Ia merapikan jilbab abu-abu yang ia kenakan. Iapun segera keluar dari kamar lalu menyusul langkah kaki temannya yang tengah menuruni anak tangga satu persatu. Akhirnya Nindy berjalan beriringan melintasi gerbang asrama putri.

“Eh…Nin tunggu bentar. Itu kayaknya kak Ilyas deh…”
Tunjuk Arbi pada seseorang cowok berpakaian taqwa putih berjalan menuju arah barat. Hendaknya ia akan ke masjid ma’had. Sejenak Nindymengamati sosok cowok yang telah berlalu dari depannya.
“Kak Ilyas…”
Panggil Nindy pada cowok itu. Cowok berhidung mancung itu berhenti setelah mendengar namanya dipanggil seseorang. Iapum memutar badan mencari sumber suara.

“Oh…kamu Nin, ada apa? Ada yang bias dibantu?”

“Oh…enggak. Cuman mau Tanya fotoku yang ada dipak Aziz udah dipindah ke flasdisk kak ilyas belum?????”

“Ohh…itu. Udah kok. Tapi flashdiskn ya masih di bawa pak Aziz.”

“O….kalau begitu makasih ya…”

Kak Ilyas hanya menjawabnya dengan seulas senyumnya. Memperlihatkan sederet gigi putihnya. Manis. Dan tanpa ada kesengajaan simpul senyum manis itu terekam dalam benak Nindy.  Segera saja Nindy dan Arbi berpamitan untuk berangkat sekolah. Waktu telah menunjukkan pukul 06.45 WIB pada jam tangan  mungil yang melingkar ditangan Arbi.

Masa libur sekolahpun tiba, mereka semuanya menyambut dengan suka cita. Menyambut dengan tak sabar pulang dari ma’had. Berkumpul kembali dengan keluarga. Terlihat dengan bertas-tas yang telah terkemas rapi disetiap sudut kamar. Begitupun dengan  Nindy, iapun telah selesai mengemas pakaian yang akan ia bawa pulang. Namun kegelisahan kembali menyelimutinya. Akankah ia sanggup menghadapinya jika orangtuanya tahu? Ia kembali termenung dalam keheningan malam. Ia kembali bertafakkur, menyesali perbuatannya. Tak berapa lama terlintas senyuman kak Ilyas dibenaknya. Ia tersenyum tipis. Entah mengapa senyuman kak Ilayas sedikit menenangkan kegelisahan hati Nindy.
kumpulan cerita pendek terbaru
“Kenapa harus kak Ilyas yang terlintas dipikiran ini?” desah Nindy bingung.
@ @ @ 
“Boleh minta nomer hpnya gak?”

Sapa seseorang dari arah belakang Nindy. Nindy yang tengah duduk santai menunggu ibunya pun menoleh. Ia agak tersentak kaget. Kini ia tengah berhadapan dengan cowok yang berkulit sawo matang sembari memperlihatkan lesung pipit yang tersimpul dipipi kirinya. Ia tersenyum manis.

“Eh…kak Ilyas. Boleh kok. Ehmmm… ne nomornya.” Tulis Nindy disecarik kertas yang ia sobek dari buku tulis dalam tas. Lalu ia memberikan secarik kertas itu kepada kak Ilyas, seseorang yang sering datang menghiasi benaknya. Kak Ilyaspun menerima sobekan kertas berisi nomor Nindy itu.

“Makasih…”

Ucapnya sembari kembali memperlihatkan lesung pipit diwajahnya. Ia kembali tersenyum manis. Entah mengapa tiba-tiba ada udara hangat yang menyelusup dalam relung hati N indy. Ia mendapat sedikit ketenangan setelah melihat senyum manis kak Ilyas. Ia seperti mendapat secercah sinar harapan yang menerangi dirinya yang kelam. Padahal selama ini, selama ia mengahdapi problema itu belum ada cowok yang dengan senyumnya mampu sedikit menenangkan hatinya. Tak berapa lama kak Ilyas pun berlalu. Berlalu menuju teman-temannya. Berkumpul tuk yang terakhir kalinya. Karena mereka semua kan menempuh hidup yang lebih baru dan berwarna. Menjalani pendidikan yang lebih tinggi. Ya… kuliah. Sebagian besar dari mereka akan mengambil jenjang pendidikan itu. Sesuai hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud & At-Tirmidzi

Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu
Maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga
Dan sungguh para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka
 sebagai rasa ridho mereka atas apa yang mereka lakukan.
Dan sesungguhnya para penghuni langit dan bumi sampai ikan paus dilautan memohon ampun bagi orang yang berilmu.
Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu disbanding dengan seorang ahli ibadah laksana bulan dibandingkan cahaya bintang-bintang. 

“Nin…”

Panggil seseorang . Iapun menoleh, mencari sumber suara itu.

“eh…ibu. Yuk…pulang.”
kumpulan cerita pendek terbaru
Sahut Nindy yang blangsung menggandeng tangan ibunya. Mereka berdua berjalan keluar menuju gerbang ma’had MU Istiqomah.
@ @ @
“Plak….”
Suara tamparannya keras. Kontan gadis berkerudung biru laut itu memegangi pipi kanannya. Panas. Sakit. Tak terasa butiran bening mulai menganak di kedua sudut pelupuk matanya. Akhirnya, butiran bening itu mengalir perlahan, membasahai pipi.

“Apa yang sudah kamu lakukan itu sudah merusak nama baik keluarga kita!!!”
Bentak seseorang. Seseorang yang selama ini mempunyai wibawa, dihormati warga setempat kini tengah meredam amarahnya. Terlihat bola mata yang sedari tadi memerah kini kembali putih seperti sedia kala.

“Sabar…sabar…”

Wanita berparas kalem itu mencoba menenangkan sang suami. Ia menepuk-nepuk punggung lelaki yang ada didapannya.

“bagaimana bias sabar bu…kalau anak ini melakukan hal yang melanggar perintah agama. Lebih baik perjodohan yang budhenya bilang kita terima. Agar dia bisa belajar bagaimana menjaga hidup yang sebenarnya”

Hah!!!!perjodohan. kata-kata it uterus terngiang dipikiran Nindy. Mana mungkin secepat itu. Apa ia harus rela meninggalkan masa-masa remajanya, masa-masa indah disekolah. Tidak. Tidak mungkin. Gadis berkerudung biru itu tak rela jika ia harus melakukan perjodohan itu.

“Tapi pak…kasihan Nindy. Ia masih harus sekolah”
Bela wanita yang berada dibelakengnya, yang tenyata ibu Nindy.

“Biarkan bu. Biar tidak sering bermain dengan cowok yang kurang ajar itu. Toh!!!yang penting perjodohan ini harus ia jalani. Gak papa dia meneruskan sekolah tapi dia harus diikat dalam sebuah perjodohan. Sekarang kamu masuk.!!!”

Perintah ayah Nindy. Gadis berkerudung biru laut itupun menuruti perintah sang ayah. Ia melangkahkan kaki dengan gontai. Menunduk lemah. Andai saja dia tidak berkenalan dengan cowok bernama Uzil. Ia takkan merasakan ini semuanya. Semuanya hancur karena cowok itu. Wajah gadis yang biasanya bersemangat kini semangat itu luntur tak berbekas. Penyesalan mulai menyelimutinya lagi. Dan bulir bening itu etia menemani pipinya yang kuning itu.

@ @ @

Drrrtttttt…..drrrrtttt….
Satu sms masuk. Kedua bola mata Nindy yang sembap mengamati nomor sang pengirim. Nomor baru. Iapun segera membuka sms itu. 

Askum… pa bener ne nox Nindy?
Membaca rangkaian huruf itu. Entah pesan dari siapa. Ia segera memencet keypad hpnya. 

Bener. Ne capa ya?
Lalu Nindy menekan keypad yang menunjukkan kata send. Send. Pesan itupun terkirim. Tak berapa lama setelah Nindy mengirim pesab singkat itu, hp Nindy kembali bergetar. Segera saja ia meraihnya yng tergeletak ditempat tidur. Iapun kembali membuka pesan singkat itu.

Ne Ilyas. Mace inget t?
“Ooo….”

Komentar Nindy. Ia tersenyum tipis tak bergairah. Meski begitu, ini senyum pertamanya setelah seng ayah memarahi dirinya. Gadis bermata sembap itu mulai menekan keypad untuk membalas sms tersebut. Bulir-bulir bening yang sedari tadi mengalir, kini telah berhenti. Pesan demi pesan dari kak Ilyas sedikit mengurangi bebannya. Penyesalan yang sempat menderanya, kini perlahan mulai hilang. Sejenak ia merasa tenang.

Sejak saat itu, hubungan diantara keduanya semakin erat. Nindy tak menyangka, ia akan sedekat itu dengan cowok yang selama ini dengan senyuman bisa menenangkan hatinya. Untuk sementara waktu yang tengah ia hadapi dan perjodohannya, mengendap didasar otaknya.

Detik demi detik berkumpul menjadi menit. Menitpun berganti menjadi jam. Jampun terus berputar menjadi hari. Begitu juga Nindy dan kak Ilyas. Entah apa yang terjadi. Benih-benih kasih saying tumbuh diantara keduanya. Semakin dekat keduanya, rasa diantara keduanya semakin indah.

Tak terasa liburan sekolah telah usai. Besok sore Nindy harus kembali ke ma’had MU Istiqomah. Iapun menyiapkan perlengkapan yang akan ia bawa.

“Nin…”
Terdengar panggilan dari luar kamar.

“Iya bu…ada apa?”
Jawab Nindy yang ternyata suara ibunya. Ia berjalan menuju pintu. Membuka perlahan. Lalu terlihatlah sosok wanita kalem, wanita yang selalu menyayanginya.

“Ada apa bu?”
Tanya Nindy lagi. Lalu sang ibupun melangkahkan kakinya, memasuki kamar yang hanya berukuran 4x4 m itu. Berantakan.

“Nin…kok berantakan?”

“Abisnya besok dah kembali ke ma’had. Jadi Nindy keluarin semua barang Nindy yang mau dibawa. Nindy mau mengecek bu, taku ada yang ketinggalan.”

Jelas Nindy sembari membereskan buku bacaannya. Yang banyak tergelatak ditempat tidur. Melipat pakaian. Lalu memasukkan kedalam tasnya.

“Nin…ibu mau bicara sebentar.”
Mendengar ucapan ibunya yang serius, Nindy menghentikan semua kegiatannya. Ia memandang wajah teduh wanita itu. Wanita yang telah membesarkannya.

“Nin…dengarkan ibu. Ibu tau Nindy masih ingin melanjutkan sekolah. Tapi ini sudah keputusan ayahmu. Ayahmu sudah menerima perjodohan yang budhemu tanyakan dulu. Dia anak teman budhemu.”
Mendengar penuturan sang ibu, Nindy tersentak kaget. Ia tak menyangka ucapan ayahnya akan menjodohkan dirinya, benar- benar terjadi.

“Tapi bu…”
Nindy mencoba menolak perjodohan itu. 
kumpulan cerita pendek terbaru
“Sudahlah nak…terima saja. Daripada kamu menolak. Nanti malah membuat ayahmu marah lagi. Kami tidak memaksamu untuk menikah sekarang. Kami hanyaingin kamu tidak seperti kemari nak. Kalau kamu dijodohin, kamu gak akan mencoba merusaknya. Karena kami yakin kamu akan memjaganya. Itu yang dijadikan dasar ayahmu untuk mengambil keputusan itu.”

Jelas ibunya kalem. Ucapan ibunya mengalir begitu saja. Begitu tenang. Namun entah ucapan itu membuat sesak dada Nindy. Ia ingin meneteskan airmata namun apalah daya, semuanya sudah terlambat.na sudah menjadi bubur. Semua ini adalah salah Nindy sendiri. Semua akibat kelakuan dia sendiri.

“Tanggal 25 November kami akan menunangkanmu dengannya. Meski kami sendiri tidak tahu bagaimana wajahnya. Atau bagaimana perilakunya. Tapi ayah yakin atas pilihan budhemu. Namanya Ahmad. Sekarang tanggal berapa?”

Tanya ibunya sembari berjalan menuju dinding. Melihat kalender yang tergantung disana. 

“Tanggal 12 November bu.”
Jawab Nindy dengan suara agak parau. Ia menahan tangis agar tidak pecah begitu saja. Tenggorokannya sakit menahan airmata itu. Dadanya sesak. Namun ia tetap bertahan agar airmatanya tidak keluar. Sampai akhirnya, cairan hangat kembali mengalir tenang dari hidungnnya. Ibunya yang sedari tadi berdiri menghadap kalender tidak tahu bahwa buah hatinya mimisan.

“Bu…sebentar ya…Nindy mau kekamar mandi.”
Izin Nindy sembari menutup hidungnya yang sudah berlumuran darah. Ia berlari pelan menuruni anak tangga. Segera saja ia mengguyur kepalanya dengan air yang ada dikamar mandi.

Tak berapa lama kemudian, ia keluar dari kamar mandi. Langkah kakinya gontai. Iapun memasuki kamar tidurnya. Ternyata ibunya sudah tidak ada. Ia melihat sekeliling kamarnya. Rapi.

“Mungkin ibu yang merapikan.”
Desisnya pelan. Langsung saja Nindy merebahkan tubuhnya diatas ranjang tidurnya. Ia menatap langit-langit kamar. Tatapan kosong. Tiba-tiba ia dikejutkan suara hp yang bergetar. Ia meraba disekelilingnya. Ya…ini. Segera ia mengambil hp Samsung warna green jade itu. Kak Ilyas in coming. Segera ia mengangkatnya.

“Halo…Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikum salam, Nindykan?”
Tanya suara seberang sana. Mendengar suara cowok yang diam-diam Nindy kagumi, membuat dirinya jauh agak tenang.

Percakapanpun mengalir. Nindy bercerita tentang berjodohan itu. Berharap kak Ilyas mengungkapkan perasaan yang sama dengannya. Namun apa yang terjadi, ia hanya menasehati agar sam’an wa tho’atan dan birrul walidain. Pupus sudah harapan Nindy untuk bias hidup dengan orang yang ia sayangi.

Padahal, jika kak Ilyas memiliki perasaan yang sama, ia bisa meminta membatalkan perjodohan itu. Karena, menurutnya Nindy, kak Ilyas adalah sosok cowok yang sesuai dengan criteria orangtuanya. Tapi…huht!!!! Itu hanya mimpi belaka. Andai saja itu terjadi.

Siangpun berganti malam. Dan malam ini, malam terakhir Nindy dirumah buat Nindy. Bintang-bintang bertaburan dilangit malam. Menghiasi jagad raya ini. Dengan ditemani sang dewi malam, seluruh makhluk memuji syukur kepada Yang Maha Indah. Allah menunjukkan pada makhluk-Nya betapa kuasa Dirinya. Tiada yang membandingi-Nya. Namun Nindy hanya melewati malam indah itu tanpa bergairah. Tatapannya kosong. Harapannya kepada kak Ilyas hancur. Ia harus tetap menerima perjodohan itu. Ia hanya bisa menghitung hari. Bulir-bulir bening kembali mengalir lembut. Membasahi kedua pipinya. Hingga ia terlelap dalam tangisnya. Menuju malam yang indah dalam dunia mimpi.

@ @ @

25 November

Dirumah Nindy sudah sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk nanti malam. Tepar pukul 07.30 malam, status Nindy berubah menjadi bertunangan. Dalam detik-detik ini, Nindy masih berharap ada sebuah keajaiban. Berharap kak Ilyas kembali menelpon dan mengatakan perasaannya. Dan segera meminangnya. Namun akankah terjadi? Sepertinya itu mustahil. 

“Ah…!!! Kak Ilyas…andai engkau dating. Tapi apakah itu mungkin? Huhfttt!!!!!”
Ia kembali menarik napas panjang. Masih berharap keajaiban Allah kan mdatang kepadanya. 

Sang raja siangpun mulai merangkak perlahan menuju peraduannya. Rembulan dan bintang-bintang mulai menghiasi malam. Namun, semburat mega merah belum menghilangkan sinarnya dari langit itu. Terdengar suara adzan maghrib mendayu-dayu. Memanggil setiap muslim tuk segera menemui Tuhannya. Bersujud, memohon ampun atas semua dosa. Mengadukan segala keluh dan kesah. Begitu juga dengan Nindy. Ia segera menghadap Allah. Memohon agar keajaiban itu datang. Memohon agar kuasa-Nya terjadi. Dengan kun-Nya, Nindy berharap kak Ilyas datang.

-19.15 WIB
“Nin… sudah siap?”
Panggil seseorang sembari membuka pintu kamar Nindy. Wanita itupun menghampiri Nindy yang sedang berdiri didepan cermin. Ia melihat anaknya. Sekilas mengamati keadaan anak gadis satu-satunya. Tak bergairah. Nilainya.

“Kenapa Nin? Kamu ragu?  Nin, ingat apa kamu inin membuat ayahmu marah? Tersenyumlah sayang. Yakinlah, Ahmad akan menjagamu dengan baik. Bidhemu tak akan memilih sosok lelaki yang salah.”
Terang ibunya. Mencoba menghibur gadis berkerudung pink. Menenangkan gadis bergamis pink pula.

“Tapi bu…”

“Sudahlah sayang. Ibu yakin kamu akan segera menyukainya. Mungkin kamu mengenalnya pula. Sebab budhemu bilang dia sekolah dima’had yang sama denganmu. Mungkin kamu juga akan segera mencintainya.”

Jelas ibu Nindy sembari mengulas senyum manis. Ibunya yang berdiri disampingnya, segera berjalan menuju luar kamar. Ahmad? Mengenalnya? Emang Ahmad siapa? Ahmad Dzulkifli? Wah!!! Anak OSIS sendiri dunk. Ahmad Rizal? Lho…anak jurnalistik dunk. Atau dari nama Muhammad, nama Ahmad itu. Mungkinkah Muhammad Fuad? Sang ketua OSIS. Gak mungkin dia. Diakan udah dijodohkan orangtuanya dengan anak Malang. Lalu siapa dia? Ahmad siapa?

“Lho…!!! Kok masih bengong. Ayo turun sayang, semuanya sudah menunggu. Keluarga dan Ahmadpun sudah datang.”

“Eh…iya bu. Iya…” jawabnya kaget.

“Senyum dulu sayang. Anak ibu gak boleh cemberut. Senyum dunk biar tambah cantik.” Goda ibunya.
Demi memuaskan hati sang ibu, Nindy memaksa untuk tersenyum. Iapun melangkah keluar diiringi sang ibu. Ia hanya menundukkan kepala. Satu persatu anak tangga ia lewati. Hatinya dag-dig-dug tidak karuan. Melihat anaknya menunduk, ibu Nindy mencubit lengan sang anak.

“Aww…sakit bu.” Desis Nindy pelan.

“Makanya angkat kepalamu sayang. Lihat lelaki itu. Sedari tadi ia melihatmu. Ia tersenyum padamu.  Ayo sayang angkat wajahmu dan tersenyumlah.”

Bisik ibu Nindy ditelinga Nindy.  Nindypun mematuhi permintaan sang ibu. Demi ibunya, ia rela mengangkat wajahnya untuk melihat cowok itu. Meski hatinya meronta, ia tidak mencintai cowok didepannya. Hatinya sudah dimiliki kak Ilyas. Meski kak Ilyas sendiri tak mengetahuinya. Iapun mengangkat wajahnya.

Masya Allah!!!!

Subhannallah!!!

Ia tersentak kaget. Ia tak menyangka sma sekali. Senyum itu, lesung pipit itu, wajah itu. Nindy hanya terdiam melihat cowok didapannya. Cowok itu mendekat. Cowok berbaju taqwa putih mendekati dirinya.

“Assalamu’alaikum Nindy”

Sapa kak Ilyas. Ya…kak Ilyas yang ada didepannya. Cowok yang selama ini hadir disetiap malamnya. Senyumnya bisa sedikit menenangkan hatinya yang tengah galau dulu. Dan kini, ia berdiri dihadapannya. Ia berdiri didepannya sebagai calon tunangannya. Nindy tak mampu berkutik. 

“Assalamu’alaikum Nindy, jawab donk. Masa’ bengong gitu.”
Menyadari hal itu, raut muka Nindy berubah. Memerah. Malu.

“Wa’alaikum salam kak…” jawabnya tersipu.

“Tuhkan…apa yang ibu bilang benar. Kamu mengenalnya. Kamupin akan bisa menyayanginya. Ya kan nak Ahmad?”

Ucap ibu Nindy. Kak Ilyas hanya mengangguk sembari mengulas senyum manisnya. Memperlihatkan sederet gigi putih. Dan menyimpulkan lesung pipit yang ada dipipi kirinya. Lalu perkataan ibu Nindy diikiuti tawa keluarga besar Nindy dan kak Ilyas. Spontan wajah Nindy semakin memerah. 

“Ah…ibu ini, apaan sih??? Tapi kenapa ibu memanggilnya Ahmad. Namanya kan kak Ilyas bu. Dan kakak juga, napa gak ngomong Ahmad itu kakak??? Hayooo…” cerca Nindy. Mencari penjelasan dikeduanya.

“ya emang namanya Ahmad Ilyas nak… betulkan nak Ahmad??” jawab ibu Nindy.
Kak Ilyas hanya menganggukan kepala, membenarkan perkataan ibu Nindy. 

“Lalu napa kakak gak ngomong dari awal kalau kakak itu Ahmad?” Tanya Nindy ulang.

“Biar surprise aja. Kan kalau bilang diawal kan tidak seru Nin. Ya gak???”jelas kak Ilyas.

“Yeee…kakak nakal.”
Mendengar celoteh Nindy, seluruh orang yang ada diruangan itu tertawa. Malam ini bukan lagi malam yang menyakitkan. Malam ini, Allah kembali menunjukkan kekuasaanNya, betapa Dia Maha Besar. 

Allahpun menunjukkan bahwa tidak ada yang mungkin didunia ini selama ia masih mau berdo’a, memohon dan merendahkan diri dihadapan-Nya. Mengadukan segala sesuatu. Karena Dirinya adalah Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan do’a-do’a hambaNya yang benar-benar meminta.

Malam itu, Nindy dan kak Ilyas resmi bertunangan. Tanggal pernikahanpun sudah ditetapkan. Meski mereka harus meneruskan kuliah terlebih dulu. Dan akhirnya, cinta itupun akan tumbuh indah pada waktunya.

SEKIAN
 kumpulan cerita pendek terbaru

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : cerita pendek cinta : Balada Sebuah Rasa